A. Implikasi
Proses Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan
sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Remaja
juga membutuhkan proses adaptasi terhadap lingkungan sekolah tersebut. Berikut
merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan :
1.
Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa
2.
Menggunakan
metode dan alat mengajar yan mendorong gairah belajar siswa.
3.
Berusaha
memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, social, maupun aspek
pribadinya.
4.
Adanya
keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.
5.
Kerja
sama dan saling pengertian dari para guru dalam menjalankan kegiatan
pendidikan.
6.
Melaksanakan
program bimbingan dan penyuluhan dengan sebaik-baiknya.
B. Masa
Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Persoalan
yang paling sering dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah
hubungan remaja dengan orang dewasa atau orang yang lebih tua dari mereka,
yaitu orang tua. Oleh karena itu, perkembangan penyesuaian diri remaja
bergantung pada suasana psikologi dan sosial dalam kehidupan keluarga.
Beberapa
masalah penyesuaian diri antara lain penolakan orang tua terhadap anaknya, orang
tua merasa tidak saying terhadap anaknya karena berbagai sebab, seperti tidak
menghendaki kelahiran. Akibatnya remaja cenderung menghabiskan waktunya diluar
rumah.
Sikap
orang tua yang otoriter terhadap anaknya, sikap tersebut akan menghambat proses
penyesuaian diri mereka. Remaja ini cenderung bersikap otoriter terhadap
teman-temannya bahkan menentang otoritas orang dewasa.
Sikap
orang tua yang cenderung memanjakan atau terlalu berlebihan dalam memberikan
perhatian juga berakibat tidak baik. Remaja tersebut tidak dapat hidup mandiri
dan selalu mengharapkan bantuan dari orang lain karena beranggapan itu adalah
haknya.
Masalah
penyesuaian diri tehadap sekolah dan lingkungan baru sebagai akibat dari orang
tua yang selalu berpindah tempat tinggal. Mereka mungkin akan mengalami
penyesuaian diri dengan guru, teman dan mata pelajaran serta lingkungan baru
yang mereka tempati. Prestasi mereka mungkin juga akan menurun diakibatkan
hal-hal tadi.
C. Karakteristik
Masalah Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Remaja
mempunyai keinginan kuat untuk mencari jati diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh
orang tua.
Dimensi-dimensi
yang menandai perubahan pada remaja;
Ø Dimensi
Biologis
Masa
pubertas ditandai dengan aktifnya hormone-hormon, seperti; FSH, dan LH yang merangsang
estrogen dan progesterone.
Hormon-hormon
tersebut mempengaruhi perkembangan fisik pada remaja.
Ø Dimensi
Kognitif
Remaja
sudah berkemampuan memiliki pola piker sendiri dalam usaha memecahkan masalah
yang abstrak maupun kompleks.
Pengalaman membuat remaja
mampu mentransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan.
Ø Dimensi Moral
Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolute yang
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja
tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan jika penjelasannya tidak
logis.
Ø Dimensi
Psikologis
Suasana hati (mood) dapat berubah dengan
cepat pada remaja.
Perubahan ini dpengaruhi oleh adanya beban
pekerjaan rumah, sekolah atau kegiatan sehari-hari.
Menemukan jati diri atau identitas bias
diperoleh melalui proses “Mencoba Peran”.
D.
Beberapa Masalah Peserta Didik Usia Sekolah
1.
Permasalahan
Kesehatan Anak Usia Sekolah
Menurut UU No. 20
tahun 2002 tentang perlindungan anak dikatakan bahwa usia anak adalah sebelum usia
18 tahun dan belum menikah.
American Academic
of Pediabic tahun 1998 memberikan rekomendasi lain tentang batasan usia anak,
yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21. Batasan tersebut ditentukan
berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial.
Berikut beberapa
contoh permasalahan kesehatan anak usia sekolah :
Ø Penyakit
menular
Sekolah
merupakan salah satu tempat penyebaran penyakit menular. Mengapa demikian?
Karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-anak dengan latar belakang
yang berbeda-beda. Sehingga memungkinkan sekali sebagai penyebaran berbagai
macam virus. Penyakit tersebut misalnya: Demam Berdarah, infeksi mata, campak,
cacar air dan lain sebagainya.
Ø Penyakit
noninfeksi
- Alergi
Alergi
pada anak usia sekolah dapat menyerang semua organ mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki dengan berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Akhir-akhir
ini diketahui bahwa alergi bias mengganggu semua organ tubuh termasuk otak dan
perilaku anak.
- Infeksi
parasit cacing
Penyakit
cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Paling banyak
ditemui pada anak balita dan anak usia SD. Dari penelitian didapatkan penyakit
cacingan sebesar 60-70 %. Resiko tertinggi pada kelompok anak yang mempunyai
kebiasaan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki dan
di saluran perairan di dekat rumah.
Ø Gangguan
perkembangan dan perilaku
- Penolakan
Sekolah
Bisa
dikatakan fobia sekolah adalah kecemasan yang terlalu tinggi terhadap sekolah
yang biasanya disertai bebrbagai keluhan yang selalu muncul walaupun jam
sekolah sudah lewat atau hari libur. Biasanya terjadi sampai umur 15 tahun,
saat dirinya mulai bersekolah di lingkungan baru.
- Gangguan
Belajar
Kesulitan
belajar terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai gejala dan
penyebab tertentu.
- Gangguan
Konsentrasi
Anak
mengalami gangguan pemusatan perhatian, sering bosan terhadap suatu pekerjaan
atau kegiatan. Ia tidak bisa duduk lama di kursi, tidak dapat tenang menerima
pelajaran, sering tampak melamun dan lain-lain.
- Gangguan
Emosi
Biasanya
ditandai dengan sifat mudah marah,
gampang berteriak, melempar benda yang dipegang secara berlebihan hingga temper
tantrum. Atau perilaku lainnya seperti meninju, membanting pintu, merengek,
memaki dan lain-lain.
e. Kesehatan
Reproduksi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah
Remaja
adalah masa peralihan antara tahap anak menjadi tahap dewasa. Yang ciri cirinya
adalah alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi
mencapai puncak perkembangan nya, emosi sangat labil, kesetia kawanan yang kuat,
dan belum menikah.
Kurun
usia remaja ini berbeda-beda panjangnya dari waktu dan dari tempat ke tempat.
Di lingkungan masyarakat yang masih sederhan, kurun remaja ini bisa sangat
singkat. Karena saat anak menunjukkan tanda-tandaakil balig, dilakukan upacara
inisiasi tertentu dan setelah itu, anak itu langsung berstatus social dewasa.
Sedangkan wanitanya lansung hamil, mempunyai anak dan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena dilingkungan masyarakat yang
sedehana, persyaratan yang diperlukan pun tidak terlalu berat.
Adapun
di dikalangan masyarakat yang sudah lebih canggih, kurun usia remaja bisa lebih
panjang, bisa mencapai belasan tahun. Penyebabnya adalah makin awalnya
tanda-tanda akil balig, sementara persyaratan untuk menjadi dewasa justru
semakin berat, sehingga memerlukan waktu yang semakin lama.
selama
kurun waktu yang panjang ini, remaja yang tinggal di kota besar dan kelas
social ekonomi menengah memerlukan pelayanan reproduksi, sebab secara
fisiologis -sudah matang sehingga alat-alat reproduksinya dan dorongan sex nya
sudah berfungsi penuh, jika fungsi ini tidak disalurkan sebagaimana mestinya
misalnya melalui perkawinan sudah tentu akan terjadi akses hubungan sex
pranikah kecuali jika mereka segera menikah atau mempunyai kendali diri.
Patut
disayangkan, pelayanan kesehatan reproduksi justru sulit diperoleh di Indonesia
sehubungan dengan adanya anggapan bahwa inffoemasi tentang sex hanya
diperuntukan bagi yang sudah menikah sementara bagi yang belum menikah
ditabukan.
Karena
remaja adalah tahap yang paling rentan dalam hal kesehatan reproduksi sepanjang
perkembangan hidup manusial, perhatian yang lebih besar perlu diberikan justru
pada tahap perkembangan ini.Salah satu caranya adalah memberi kekebalan kepada
remaja itu sendiri berupa pendidikan sex. Laporan statistic AS 1989 menujukkan
bahwa di Negara tersebut telah terjadi penurunan angka kelahiran di luar nikah
di kalangan remaja sebanyak 20% sejak 1989. Hal ini disebabkan para remaja,
orangtua dan guru sudah semakin terbuka membicarakan tentang seks, sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan yang diperlukan. Untuk menanggulangi dampak
yang negative itu diperlukan perubahan sikap dari masyarakat.
2.Masalah
remaja dan rokok.
Meskipun semua orang
mengetahui akan bahaya rokok mereka tetapi merasa biasa saat berada di samping
seorang perokok,bahkan dengan santainya seorang perokok merokok di samping
seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Dan sekarang pun perokok bukan hanya
dari kalangan orang dewasa, para siswa SMP pun sudah mulai akrab dengan asab
rokok.
a.Bahaya rokok .
Dalam asap rokok terdapat
4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan antara lain nikotin,dan TAR. Rokok
juga dapat menimbulkan kanker dan dapat merusak otak manusia. Nikotin
menimbulkan rasa nikmat yang berkepanjangan dan memacu sistem
dopamigergik,hasilnya mereka akan merasa lebih tenang,daya pikir serasa lebih
cemerlang dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik zat yang
terkandung dalam rokok juga dapat menimbulkan rangsangan untuk terus merokok
lagi.
Efek dari rokok : stimulasi
depresi ringan,gangguan daya tangkap,alam perasaa,alam pikiran,tingkah laku dan
fungsi psikomotor
b.Tipe tipe perokok .
1.perokok
sangat berat : 31 batang perhari
2.perokok
berat : 21-30 batang perhari
3.perokok
sedang : 11-21 batang perhari
4.perokok
ringan : 10 batang perhari
Menurut silvan tomkins
(al-bachri 1991 ) ada 4 tipe perokok :
1.perokok yang dipengaruhi perasaan positif
(nikmat,menenangkan pikiran,permainan rokok)
Sub tipe :
a.pleasyre relaxation
b.stimulation to pick them
up
c.pleasure of handlingthe
cigarette
2.perokok yang dipengaruhi perasaan negatif
(marah,cemas,gelisah) mereka menganggap ROKOK sebagai penyelamatnya.
3.perilaku perokok ADIKTIF (meningkatnya
dosis saat efek rokok yang dihisapnya berkurang)
4.perilaku meerokok yang sudah jadi
kebiasaan.
Tempat juga mempengaruhi pola perilaku
perokok :
1.tempat
umum .
-HOMOGEN
: di daerah yang banyak terdapat perokok (smoking area)
-HETEROGEN
: berbaur dengan yang tidak merokok
2.tempat pribadi :
-kantor/kamat
pribadi :tergolong individu yang kurang menjaga kebersihan diri .
-toilet
: tergolong individu yang suka berfantasi .
C.
Penyebab remaja merokok.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan remaja merokok:
1. Pengaruh
orang tua.
Remaja yang hidup dari
keluarga yang tidak bahagia, serta orang tua yang tidak mamperhatikannya, lebih
mudah untuk menjadi perokok daripada remaja yang hidup dari keluarga yang bahagia
dan menanamkan nilai-nilai sosial dan agama.
2. Pengaruh
teman.
Banyak dari kalangan remaja
yang merokok karena berteman dengan perokok. Ada dua kemungkinan dari sini:
a. Terpengaruh
oleh teman-temannya.
b. Dipengaruhi
oleh keinginan dirinya sendiri.
3. Faktor
kepribadian.
Karena remaja tersebut
ingin tahu, ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik maupun jiwa dan untuk melepaskan
kebebasannya.
4. Pengaruh
iklan.
Banyak iklan yang menggambarkan
bahwa merokok adalah lambing kejantanan. Sehingga kebanyakan remaja merokok karena
terpicu dengan hal itu.
D.
Upaya pencegahan.
Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remeja, untuk berhenti
atau tidak mencoba untuk merokok akan membuat mereka tidak terpengaruhi oleh godaan
teman, media massa dll.
Adapun contoh motivasinya
adalah:
*
Meskipun orang tuamu
merokok, kamu tidak harus menirunya, karena kamu punya akal yang bisa membuat
keputusan sendiri.
*
Kamu tidak harus ikut
merokok hanya karena temanmu merokok. Kamu bias menolak ajakan mereka karena
itu tidak baik untukmu dan orang lain.
3. Remaja dan Perilaku
Konsumtif
a. Pola
hidup konsumtif
Konsumtif dapat diartikan keinginan untuk
mengonsumsi barang barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan
dengan tujuan untuk mencapai kepuasan.
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk
perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar daripada produksinya
untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
b. Perilaku
konsumtiuf remaja
Pada usia remaja pola konsumsi oran g mulai terbentuk.
Remaja biasanya mudah terbujuk iklan, suka ikut-ikutan teman,tidak realistis
dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat seperti ini dapat
memunculkan perilaku yang konsumtif dan dimanfaatkan sebagian produsen untuk
memasuki pasar remaja.
No comments:
Post a Comment