Friday, May 8, 2015

Permasalahan Remaja dan Upaya Menanganinya

A.   Implikasi Proses Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Remaja juga membutuhkan proses adaptasi terhadap lingkungan sekolah tersebut. Berikut merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan :
1.   Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa
2.   Menggunakan metode dan alat mengajar yan mendorong gairah belajar siswa.
3.   Berusaha memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, social, maupun aspek pribadinya.
4.   Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.
5.   Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam menjalankan kegiatan pendidikan.
6.   Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan dengan sebaik-baiknya.

B.   Masa Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Persoalan yang paling sering dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah hubungan remaja dengan orang dewasa atau orang yang lebih tua dari mereka, yaitu orang tua. Oleh karena itu, perkembangan penyesuaian diri remaja bergantung pada suasana psikologi dan sosial dalam kehidupan keluarga.
Beberapa masalah penyesuaian diri antara lain penolakan orang tua terhadap anaknya, orang tua merasa tidak saying terhadap anaknya karena berbagai sebab, seperti tidak menghendaki kelahiran. Akibatnya remaja cenderung menghabiskan waktunya diluar rumah.
Sikap orang tua yang otoriter terhadap anaknya, sikap tersebut akan menghambat proses penyesuaian diri mereka. Remaja ini cenderung bersikap otoriter terhadap teman-temannya bahkan menentang otoritas orang dewasa.
Sikap orang tua yang cenderung memanjakan atau terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian juga berakibat tidak baik. Remaja tersebut tidak dapat hidup mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang lain karena beranggapan itu adalah haknya.
Masalah penyesuaian diri tehadap sekolah dan lingkungan baru sebagai akibat dari orang tua yang selalu berpindah tempat tinggal. Mereka mungkin akan mengalami penyesuaian diri dengan guru, teman dan mata pelajaran serta lingkungan baru yang mereka tempati. Prestasi mereka mungkin juga akan menurun diakibatkan hal-hal tadi.

C.   Karakteristik Masalah Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Remaja mempunyai keinginan kuat untuk mencari jati diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang tua.
Dimensi-dimensi yang menandai perubahan pada remaja;
Ø  Dimensi Biologis
Masa pubertas ditandai dengan aktifnya hormone-hormon, seperti; FSH, dan LH yang merangsang estrogen dan progesterone.
Hormon-hormon tersebut mempengaruhi perkembangan fisik pada remaja.
Ø  Dimensi Kognitif
Remaja sudah berkemampuan memiliki pola piker sendiri dalam usaha memecahkan masalah yang abstrak maupun kompleks.
Pengalaman membuat remaja mampu mentransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Ø  Dimensi  Moral
Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolute yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan jika penjelasannya tidak logis.
Ø  Dimensi Psikologis
Suasana hati (mood) dapat berubah dengan cepat pada remaja.
Perubahan ini dpengaruhi oleh adanya beban pekerjaan rumah, sekolah atau kegiatan sehari-hari.
Menemukan jati diri atau identitas bias diperoleh melalui proses “Mencoba Peran”.

D. Beberapa Masalah Peserta Didik Usia Sekolah
1.   Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah
Menurut UU No. 20 tahun 2002 tentang perlindungan anak dikatakan bahwa usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan belum menikah.
American Academic of Pediabic tahun 1998 memberikan rekomendasi lain tentang batasan usia anak, yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21. Batasan tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial.
Berikut beberapa contoh permasalahan kesehatan anak usia sekolah :
Ø  Penyakit menular
Sekolah merupakan salah satu tempat penyebaran penyakit menular. Mengapa demikian? Karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga memungkinkan sekali sebagai penyebaran berbagai macam virus. Penyakit tersebut misalnya: Demam Berdarah, infeksi mata, campak, cacar air dan lain sebagainya.
Ø  Penyakit noninfeksi
-     Alergi
Alergi pada anak usia sekolah dapat menyerang semua organ mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Akhir-akhir ini diketahui bahwa alergi bias mengganggu semua organ tubuh termasuk otak dan perilaku anak.
-     Infeksi parasit cacing
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Paling banyak ditemui pada anak balita dan anak usia SD. Dari penelitian didapatkan penyakit cacingan sebesar 60-70 %. Resiko tertinggi pada kelompok anak yang mempunyai kebiasaan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki dan di saluran perairan di dekat rumah.
Ø  Gangguan perkembangan dan perilaku
-     Penolakan Sekolah
Bisa dikatakan fobia sekolah adalah kecemasan yang terlalu tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai bebrbagai keluhan yang selalu muncul walaupun jam sekolah sudah lewat atau hari libur. Biasanya terjadi sampai umur 15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di lingkungan baru.
-     Gangguan Belajar
Kesulitan belajar terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai gejala dan penyebab tertentu.
-     Gangguan Konsentrasi
Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian, sering bosan terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan. Ia tidak bisa duduk lama di kursi, tidak dapat tenang menerima pelajaran, sering tampak melamun dan lain-lain. 
-     Gangguan Emosi
Biasanya ditandai dengan sifat  mudah marah, gampang berteriak, melempar benda yang dipegang secara berlebihan hingga temper tantrum. Atau perilaku lainnya seperti meninju, membanting pintu, merengek, memaki dan lain-lain.
e.    Kesehatan Reproduksi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak menjadi tahap dewasa. Yang ciri cirinya adalah alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangan nya, emosi sangat labil, kesetia kawanan yang kuat, dan belum menikah.
Kurun usia remaja ini berbeda-beda panjangnya dari waktu dan dari tempat ke tempat. Di lingkungan masyarakat yang masih sederhan, kurun remaja ini bisa sangat singkat. Karena saat anak menunjukkan tanda-tandaakil balig, dilakukan upacara inisiasi tertentu dan setelah itu, anak itu langsung berstatus social dewasa. Sedangkan wanitanya lansung hamil, mempunyai anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena dilingkungan masyarakat yang sedehana, persyaratan yang diperlukan pun tidak terlalu berat.
Adapun di dikalangan masyarakat yang sudah lebih canggih, kurun usia remaja bisa lebih panjang, bisa mencapai belasan tahun. Penyebabnya adalah makin awalnya tanda-tanda akil balig, sementara persyaratan untuk menjadi dewasa justru semakin berat, sehingga memerlukan waktu yang semakin lama.
selama kurun waktu yang panjang ini, remaja yang tinggal di kota besar dan kelas social ekonomi menengah memerlukan pelayanan reproduksi, sebab secara fisiologis -sudah matang sehingga alat-alat reproduksinya dan dorongan sex nya sudah berfungsi penuh, jika fungsi ini tidak disalurkan sebagaimana mestinya misalnya melalui perkawinan sudah tentu akan terjadi akses hubungan sex pranikah kecuali jika mereka segera menikah atau mempunyai kendali diri.
Patut disayangkan, pelayanan kesehatan reproduksi justru sulit diperoleh di Indonesia sehubungan dengan adanya anggapan bahwa inffoemasi tentang sex hanya diperuntukan bagi yang sudah menikah sementara bagi yang belum menikah ditabukan.
Karena remaja adalah tahap yang paling rentan dalam hal kesehatan reproduksi sepanjang perkembangan hidup manusial, perhatian yang lebih besar perlu diberikan justru pada tahap perkembangan ini.Salah satu caranya adalah memberi kekebalan kepada remaja itu sendiri berupa pendidikan sex. Laporan statistic AS 1989 menujukkan bahwa di Negara tersebut telah terjadi penurunan angka kelahiran di luar nikah di kalangan remaja sebanyak 20% sejak 1989. Hal ini disebabkan para remaja, orangtua dan guru sudah semakin terbuka membicarakan tentang seks, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan yang diperlukan. Untuk menanggulangi dampak yang negative itu diperlukan perubahan sikap dari masyarakat.

2.Masalah remaja dan rokok.
Meskipun semua orang mengetahui akan bahaya rokok mereka tetapi merasa biasa saat berada di samping seorang perokok,bahkan dengan santainya seorang perokok merokok di samping seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Dan sekarang pun perokok bukan hanya dari kalangan orang dewasa, para siswa SMP pun sudah mulai akrab dengan asab rokok.
a.Bahaya rokok .
Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan antara lain nikotin,dan TAR. Rokok juga dapat menimbulkan kanker dan dapat merusak otak manusia. Nikotin menimbulkan rasa nikmat yang berkepanjangan dan memacu sistem dopamigergik,hasilnya mereka akan merasa lebih tenang,daya pikir serasa lebih cemerlang dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik zat yang terkandung dalam rokok juga dapat menimbulkan rangsangan untuk terus merokok lagi.
Efek dari rokok : stimulasi depresi ringan,gangguan daya tangkap,alam perasaa,alam pikiran,tingkah laku dan fungsi psikomotor

b.Tipe tipe perokok .
            1.perokok sangat berat : 31 batang perhari
            2.perokok berat : 21-30 batang perhari
            3.perokok sedang : 11-21 batang perhari
            4.perokok ringan : 10 batang perhari

Menurut silvan tomkins (al-bachri 1991 ) ada 4 tipe perokok :
1.perokok yang dipengaruhi perasaan positif (nikmat,menenangkan pikiran,permainan rokok)
Sub tipe :
a.pleasyre relaxation
b.stimulation to pick them up
c.pleasure of handlingthe cigarette
2.perokok yang dipengaruhi perasaan negatif (marah,cemas,gelisah) mereka menganggap ROKOK sebagai penyelamatnya.
3.perilaku perokok ADIKTIF (meningkatnya dosis saat efek rokok yang dihisapnya berkurang)
4.perilaku meerokok yang sudah jadi kebiasaan.

Tempat juga mempengaruhi pola perilaku perokok :
1.tempat  umum .
            -HOMOGEN : di daerah yang banyak terdapat perokok (smoking area)
            -HETEROGEN : berbaur dengan yang tidak merokok
2.tempat pribadi :
            -kantor/kamat pribadi :tergolong individu yang kurang menjaga kebersihan diri .
            -toilet : tergolong individu yang suka berfantasi .
C. Penyebab remaja merokok.
Ada beberapa hal yang menyebabkan remaja merokok:
1.     Pengaruh orang tua.
Remaja yang hidup dari keluarga yang tidak bahagia, serta orang tua yang tidak mamperhatikannya, lebih mudah untuk menjadi perokok daripada remaja yang hidup dari keluarga yang bahagia dan menanamkan nilai-nilai sosial dan agama.
2.     Pengaruh teman.
Banyak dari kalangan remaja yang merokok karena berteman dengan perokok. Ada dua kemungkinan dari sini:
a.     Terpengaruh oleh teman-temannya.
b.    Dipengaruhi oleh keinginan dirinya sendiri.
3.     Faktor kepribadian.
Karena remaja tersebut ingin tahu, ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik maupun jiwa dan untuk melepaskan kebebasannya.
4.     Pengaruh iklan.
Banyak iklan yang menggambarkan bahwa merokok adalah lambing kejantanan. Sehingga kebanyakan remaja merokok karena terpicu dengan hal itu.
D. Upaya pencegahan.
Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remeja, untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok akan membuat mereka tidak terpengaruhi oleh godaan teman, media massa dll.
Adapun contoh motivasinya adalah:
*         Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak harus menirunya, karena kamu punya akal yang bisa membuat keputusan sendiri.
*         Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena temanmu merokok. Kamu bias menolak ajakan mereka karena itu tidak baik untukmu dan orang lain.

3. Remaja dan Perilaku Konsumtif
a.     Pola hidup konsumtif
Konsumtif dapat diartikan keinginan untuk mengonsumsi barang barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan.
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar daripada produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
b.    Perilaku konsumtiuf remaja

Pada usia remaja pola konsumsi orang mulai terbentuk. Remaja biasanya mudah terbujuk iklan, suka ikut-ikutan teman,tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat seperti ini dapat memunculkan perilaku yang konsumtif dan dimanfaatkan sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

No comments:

Post a Comment